Kamis, 19 Desember 2013

Keutamaan anak Perempuan


Ketika sepasang suami istri mendambakan kelahiran sang anak, banyak yang mendambakan agar yang lahir nanti adalah seorang lelaki sebagai penerusnya kelak. Ketika Allah Ta'ala menakdirkan bahwa mereka diberi amanat untuk mendidik anak perempuan, sebagian mereka pun bersedih, kecewa bahkan marah kepada sang istri yang tak kunjung melahirkan anak laki-laki. Mungkin bagi yang sudah punya 2 putri akan mendambakan bahwa yang ketiga adalah laki-laki, sehingga ketika yang terlahir adalah perempuan lagi, ada raut kecewa terpancar dari mereka.

Hakikatnya kekecewaan seperti ini serupa dengan kaum Jahiliyah yang Allah Ta'ala kabarkan dalam firman-Nya, artinya, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. an-Nahl; 58-59)

Lalu Allah Ta'ala mencela perbuatan kaum Jahiliyah ini dengan firman-Nya, artinya, “dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh,” (QS. at-Takwir: 8-9)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam pun bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas

Fatimah Sang Wanita Terbaik

Fatimah Sang Wanita Terbaik

Fathimah adalah putri Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Salam. Ibunya bernama Khadijah binti Khuwalid Radhiyallahu anha, ibu kaum mukminin.

Fathimah dilahirkan tatkala kaum Quraisy tengah merenovasi Ka’bah lima tahun sebelum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam diutus sebagai Nabi.

Sejak masa kanak-kanak, dalam usia dini Fathimah Radhiyallahu anha telah memahami serangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy kepada ayahnya. Jika ayahnya bepergian, Fathimah Radhiyallahu anha mengikuti dan menyertai ayahnya. Akhirnya, terjadilah sesuatu peristiwa yang tak akan terlupakan. Suatu kali ayahnya sedang sujud di Masjidil Haram, sedangkan di sekelilingnya ada kaum musyrikin Quraisy. Datanglah Uqbah bin Abi Mu’ith membawa bangkai kambing. Dia melemparkannya ke punggung Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam tidak dapat mengangkat kepalanya hingga Fathimah datang dan menyingkirkan bangkai itu dan menyebutkan orang yang melakukannya. Saat itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam menengadahkan kepala seraya berdoa, “Ya Allah, Engkau yang akan menghadapi pemuka Quraisy. Ya Allah, Engkau yang akan menghadapi Abu Jahal dan Hisyam, Utbah bin Rabi’ah, Uqbah bin Abi Mu’ith, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Muslim).

Pembaca yang budiman…

Setelah tiba saatnya menikah, ia pun dinikahkan oleh ayahnya dengan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu yang tidak lain adalah salah seorang keponakan beliau Shallallahu 'alaihi wasalam sendiri.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah suaminya, Fathimah Radhiyallahu anha mengetahui