Syaikh
Ali Ath-Thantawi dalam sebuah siaran radio dan Tv-nya mengambarkan
bahwa di Syam ada seorang laki-laki yang memiliki sebuah mobil truck
Lorie. Ketika mobil itu dijalankan, tanpa diketahui diatas badan mobil
itu ada orang. Mobil itu mengangkut peti yang sudah siap untuk
menguburkan mayat. Sedangkan di dalam peti itu terdapat kain yang bisa
digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Tiba-tiba hujan turun dan air
mengalir deras. Orang itu pun bangun dan masuk ke dalam peti, dan
membungkus dirinya dengan kain yang ada di dalam peti. Kemudian di
tengah jalan ada seorang yang lain naik untuk menumpang ke bak mobil itu
di samping keranda. Dia tidak tahu bahwa di dalam peti itu ada orang.
Hujan belum berhenti. Orang yang kedua ini mengira bahwa dirinya hanya
sendirian di dalam mobil bak itu. Tiba-tiba dari dalam peti ada tangan
terjulur (untuk memastikan apakah hujan sudah berhenti atau belum).
Ketika tangan itu terjulur, kain yang membungkusnya juga ikut terjulur
keluar. Si penumpang itu kaget dan takut bukan kepalang. Dia mengira
bahwa mayat yang ada di dalam peti itu hidup kembali. Karena takutnya,
dia terjungkal dari mobil dengan posisi kepala di bawah. Dan, mati.
Demikianlah Allah menentukan kematian orang itu bahkan dengan cara yang bisa terdengar lucu seperti ini.
Yang selalu harus diingat oleh seorang hamba adalah bahwa dia sedang
membawa dirinya bersama
kematian, bahwa dia sedang berjalan menuju
kematian, dan bahwa dia sedang menunggu kematian itu entah datang pagi
atau sore. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,
“Sesungguhnya kematian terus mendekati kita, dan dunia
terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan
janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah
beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi
beramal.”
Ungkapan Ali ini mengingatakan kita bahwa manusia itu harus selalu
siap siaga, selalu memperbaiki keadaannya, memperbaharui taubatnya, dan
harus mengetahui bahwa dia sedang berhubungan dengan Rabb Yang Maha
Mulia, Kuat, Agung, dan Baik.
Kematian itu tidak pernah meminta izin kepada siapa saja, dan tidak
pernah merajuk. Kematian itu tidak pernah memberikan aba-aba terlebih
dahulu.
Dan, tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati (Qs.Luqman:34)
“….yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan.
Masih dari siaran itu Syeikh Ath-Thantawi bercerita, dikatakan bahwa
sebuah bus penuh sesak dengan penumpang. Sopirnya selalu menoleh ke kiri
dan kanan, dan secara tiba-tiba sopir itu menghentikan bus itu. Para
penumpang pun bertanya, “Mengapa engkau menghentikan bus ini?” Sopir itu
menjawab, “Saya berhenti untuk menghampiri orang tua yang
melabai-lambaikan tangannya hendak turut menumpang bersama kita.” Para
penumpang jadi bertanya-tanya, “Kami tidak melihat siapa-siapa.” Tapi
sopir itu melihatnya, “Lihat (itu) dia,” Mereka tetap bingung. “Kami
tidak melihat seorang pun.” Sopir itu pun berkata, “Kini dia datang
untuk naik bersama kita.” Semua penumpang berkata, “Demi Allah, kami
tidak melihat siapa-siapa.” Dan secara tiba-tiba pula sopir itu mati
terduduk di atas kursinya.
Kematian sangat tiba-tiba, dan begitulah jalan kematiannya.
{Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun tidak (pula) memajukannya} (QS
Al-A’raf: 34)
Manusia itu sangat pengecut terhadap hal-hal yang menakutkan, dan
merasa hatinya hampir copot ketika mendengar kematian disebutkan, namun
tanpa disangka-disangka kematian itu datang membunuhnya.
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka
tidak turut pergi: “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka
tidak terbunuh.” Katakanlah, “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika
kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali-Imran: 168)
Tapi yang paling mengherankan adalah kita tidak pernah berpikir bahwa
kita akan bertemu Allah, bahwa dunia itu hina sekali, dan bahwa dunia
itu banyak cerita tentang bagaimana orang meninggal dunia. Dan kita tak
pernah sadar kecuali kita didera banyak ketakutan, sehingga pikiran
seperti itu baru muncul.
- Aidh Al Qarni- Email: redaksi@eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar