Kamis, 29 Agustus 2013

Hati-Hati Tentang Si Hati

“Pokoknya sakiiiiiit hati ini, sakiiit banget deh!”, keluhan seorang sahabat tatkala menceritakan prihal pengkhianatan seseorang yang dipercayainya. Mimik muka penuh kekesalan ditambah nada suara yang menandai rasa jengkel.
Juga kelunya lidah seorang ibu, berurai air mata dan ragam tanya dalam nuraninya, “Kenapa anak hamba yang dibesarkan dalam pendidikan agama yang baik, tetapi melakukan perbuatan zina dan sering berdusta, Ya Allah?”, ibu mana pun juga yang merupakan muslimah sholihat, pastilah merasa hancur hatinya tatkala memetik kenyataan pahit melihat anaknya ‘kumpul kebo’ berlumur kehinaan dan belum juga bertaubat pada-NYA.
Lain lagi kalimat bijak dari Mas Fulan, seorang brother asal daerah Jawa Timur, ia berkata, “Dulu sih sakiit sekali rasanya, ingin melampiaskan dengan amarah atau bahkan membunuh… Tapi Alhamdulillah, saya masih bisa mengontrol diri. Hati ini berkata ‘tidak, jangan emosi’…. Maka sekarang saya lega… Alhamdulillah sudah ikhlas…”, senyumnya ceria. Subhanalloh, padahal Mas Fulan itu mengalami kepahitan suatu peristiwa hidup, pengalamannya ketika pulang ke rumah memergoki istri tercinta tengah berselingkuh, pasangan selingkuhan itu adalah saudara iparnya sendiri! Maka tatkala Mas Fulan menceraikan si istri, adik perempuan Mas Fulan juga menjanda karena bercerai dengan suaminya tersebut. Tamparan yang luar biasa bagi keluarga mereka. Sempat

Simaklah Kisah Kisah Kematian, Agar Dapat Menyentuh Hati-Mu



kematianSyaikh Ali Ath-Thantawi dalam sebuah siaran radio dan Tv-nya mengambarkan bahwa di Syam ada seorang laki-laki yang memiliki sebuah mobil truck Lorie. Ketika mobil itu dijalankan, tanpa diketahui diatas badan mobil itu ada orang. Mobil itu mengangkut peti yang sudah siap untuk menguburkan mayat. Sedangkan di dalam peti itu terdapat kain yang bisa digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Tiba-tiba hujan turun dan air mengalir deras. Orang itu pun bangun dan masuk ke dalam peti, dan membungkus dirinya dengan kain yang ada di dalam peti. Kemudian di tengah jalan ada seorang yang lain naik untuk menumpang ke bak mobil itu di samping keranda. Dia tidak tahu bahwa di dalam peti itu ada orang. Hujan belum berhenti. Orang yang kedua ini mengira bahwa dirinya hanya sendirian di dalam mobil bak itu. Tiba-tiba dari dalam peti ada tangan terjulur (untuk memastikan apakah hujan sudah berhenti atau belum). Ketika tangan itu terjulur, kain yang membungkusnya juga ikut terjulur keluar. Si penumpang itu kaget dan takut bukan kepalang. Dia mengira bahwa mayat yang ada di dalam peti itu hidup kembali. Karena takutnya, dia terjungkal dari mobil dengan posisi kepala di bawah. Dan, mati.
Demikianlah Allah menentukan kematian orang itu bahkan dengan cara yang bisa terdengar lucu seperti ini.
Yang selalu harus diingat oleh seorang hamba adalah bahwa dia sedang membawa dirinya bersama

Kamis, 22 Agustus 2013

Buah Cinta Karena Alloh



Cinta karena Allah Ta'ala merupakan ikatan agama yang paling kuat. Ia merupakan jalan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada AllahTa'ala. Apa saja buah dari saling mencintai karena AllahTa'ala? Inilah tema bahasan kita pada edisi kali ini.
Pembaca yang budiman…
Cinta karena AllahTa'ala memiliki buah yang agung, di dunia dan di akhirat. Di antara buahnya yaitu;
 1 Menjadi sebab seseorang masuk ke dalam Surga
 AllahTa'ala berfirman, yang artinya, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. az-Zuhruf: 67-72)
 2.Pelakunya mendapat naungan Allah Ta'ala di hari Kiamat.
 Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Ada 7 golongan orang yang akan Allah naungi dengan naungan-Nya di hari tidak ada naungan selain naungan-Nya -beliau Shalallahu 'alaihi Wasallam menyebutkan salah satunya, yaitu,
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
 3. Hal ini mendatangkan rasa aman bagi pelakunya dari kengerian yang dahsyat
Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” Mereka(para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh (dari) Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini(yang artinya), “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (HR.Abu Dawud)
4.Memberikan Rasa Manisnya Iman
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda,
“Tiga hal, barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; (1) Barangsiapa Allah dan RasulNya adalah yang paling dicintainya,(2) Barangsiapa yang mencintai seorang hamba, ia tidak mencintainya melainkan karena Allah, (3) Barangsiapa yang tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya seperti halnya ia tidak suka bila dilemparkan ke dalam api.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
5.Mendapatkan kecintaan Allah Ta'ala
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman,
“Wajiblah cinta-Ku bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku” (HR. Ahmad)
 6/ Mendapatkan kemuliaan dari Allah Ta'ala
Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba karena Allah melainkan Allah akan memberikan kemuliaan kepadanya.” (HR.al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman)
 7. Menyempurnakan Keimanan
Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu , ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa mencintai (seseorang) karena Allah, membenci (seseorang) karena Allah, memberi karena Allah, tidak memberi karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakankeimanan.” (Shahihul Jami’, no.5965 dan ash-Shahihah, no.380)
 8.Menjadikan muka pelakunya bercahaya
Dari Abu Darda Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah akan membangkitkan sekelompok orang pada hari kiamat, (dalam kondisi) pada wajah-wajah mereka terdapat cahaya, orang-orang(yang melihat mereka) merasa ingin seperti mereka. Mereka itu bukanlah dari golongan para nabi, bukan pula dari golongan para syuhada. Perawi berkata, “Lalu, ada seorang A’rabiy menepuk kedua lutut beliau, dan berkata, beritahukan kepada kami hingga kami mengetahui siapa mereka! Beliau Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, berasal dari suku yang berbeda-beda, dari negara yang berbeda-beda, mereka berkumpul di atas zikir kepada Allah, mereka mengingat-Nya.” (HR. at-Thabrani dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no.1509)
9. Menjadikan pelakunya berkumpul bersama dengan orang yang dicintainya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu ,(ia berkata) bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ,kapan terjadinya Kiamat? Beliau Shalallahu 'alaihi wasallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tak ada sesuatu pun, kecuali sungguh aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR.al-Bukhari dan Muslim, hadits ini terdapat di dalam Shahih at-Targhib, no.3032).
 Demikianlah 9 buah cinta karena Allah Ta'ala yang bisa kami sebutkan. Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan kepada kita rasa saling cinta karena Allah bukan karena tendensi apapun dari kepentingan duniawi. Aamiin. (Redaksi)
 [Sumber: Diringkas dari kitab, Al-Hubbu Fillah; Tsamaratuhu wa Asbabuhu, Abu Ahmad Abduh bin Ahmad al-Aqra’. Penerbit: Daar Ibnu Rajab. Cet.I Th.1425 H/2005 M. Diberi pengantar oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar dan pemberi nasihat di Masjid Nabawi asy-Syarif di Madinah al-Muthahhara

Rabu, 14 Agustus 2013

BUAH CINTA KARENA ALLOH





Cinta karena Allah Ta'ala merupakan ikatan agama yang paling kuat. Ia merupakan jalan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada AllahTa'ala. Apa saja buah dari saling mencintai karena AllahTa'ala? Inilah tema bahasan kita pada edisi kali ini.
Pembaca yang budiman…
Cinta karena AllahTa'ala memiliki buah yang agung, di dunia dan di akhirat. Di antara buahnya yaitu;
1 Menjadi sebab seseorang masuk ke dalam Surga
AllahTa'ala berfirman, yang artinya, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. az-Zuhruf: 67-72)
2Pelakunya mendapat naungan Allah Ta'ala di hari Kiamat.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Ada 7 golongan orang yang akan Allah naungi dengan naungan-Nya di hari tidak ada naungan selain naungan-Nya -beliau Shalallahu 'alaihi Wasallam menyebutkan salah satunya, yaitu,

وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
3. Hal ini mendatangkan rasa aman bagi pelakunya dari kengerian yang dahsyat
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ. قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ ». وَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” Mereka(para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh (dari) Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini(yang artinya), “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (HR.Abu Dawud)
4.Memberikan Rasa Manisnya Iman
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ
“Tiga hal, barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; (1) Barangsiapa Allah dan RasulNya adalah yang paling dicintainya,(2) Barangsiapa yang mencintai seorang hamba, ia tidak mencintainya melainkan karena Allah, (3) Barangsiapa yang tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya seperti halnya ia tidak suka bila dilemparkan ke dalam api.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
5.Mendapatkan kecintaan Allah Ta'ala
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman,

وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
“Wajiblah cinta-Ku bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku” (HR. Ahmad)
6/ Mendapatkan kemuliaan dari Allah Ta'ala
Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا أحَبَ عَبدٌ عَبدًا فِي اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ إِلا أكرَمَهُ الله
“Tidaklah seorang hamba mencintai seorang hamba karena Allah melainkan Allah akan memberikan kemuliaan kepadanya.” (HR.al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman)
7. Menyempurnakan Keimanan
Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'anhu , ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa mencintai (seseorang) karena Allah, membenci (seseorang) karena Allah, memberi karena Allah, tidak memberi karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakan keimanan.” (Shahihul Jami’, no.5965 dan ash-Shahihah, no.380)
8.Menjadikan muka pelakunya bercahaya
Dari Abu Darda Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah akan membangkitkan sekelompok orang pada hari kiamat, (dalam kondisi) pada wajah-wajah mereka terdapat cahaya, orang-orang(yang melihat mereka) merasa ingin seperti mereka. Mereka itu bukanlah dari golongan para nabi, bukan pula dari golongan para syuhada. Perawi berkata, “Lalu, ada seorang A’rabiy menepuk kedua lutut beliau, dan berkata, beritahukan kepada kami hingga kami mengetahui siapa mereka! Beliau Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

هُمُ المُتَحَابُونَ فِي اللهِ مِن قَباَئِلٍ شَتىَّ وَبِلاَدٍ شَتَّى يَجتَمِعُونَ عَلَى ذِكرِ اللهِ يَذكُرُونَهُ
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, berasal dari suku yang berbeda-beda, dari negara yang berbeda-beda, mereka berkumpul di atas zikir kepada Allah, mereka mengingat-Nya.” (HR. at-Thabrani dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no.1509)
9. Menjadikan pelakunya berkumpul bersama dengan orang yang dicintainya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu ,(ia berkata) bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ,kapan terjadinya Kiamat? Beliau Shalallahu 'alaihi wasallam balik bertanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Lelaki tersebut menjawab, “Tak ada sesuatu pun, kecuali sungguh aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR.al-Bukhari dan Muslim, hadits ini terdapat di dalam Shahih at-Targhib, no.3032).
Demikianlah 9 buah cinta karena Allah Ta'ala yang bisa kami sebutkan. Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan kepada kita rasa saling cinta karena Allah bukan karena tendensi apapun dari kepentingan duniawi. Aamiin. (Redaksi)

[Sumber: Diringkas dari kitab, Al-Hubbu Fillah; Tsamaratuhu wa Asbabuhu, Abu Ahmad Abduh bin Ahmad al-Aqra’. Penerbit: Daar Ibnu Rajab. Cet.I Th.1425 H/2005 M. Diberi pengantar oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar dan pemberi nasihat di Masjid Nabawi asy-Syarif di Madinah al-Muthahharah] : www.alsofwah.or.id

Selasa, 13 Agustus 2013

10 PRINSIP MERAIH ILMU


Oleh: Asy Syaikh ‘Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri
بسم الله الرحمن الرحيم
Muqaddimah oleh Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه وبعد :
Saudaraku fillah ‘Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri telah menunjukkan kepadaku buah penanya tentang prinsip-prinsip yang selayaknya dijalani oleh para penuntut ilmu. Sungguh aku melihat tulisan tersebut sebagai karya yang istimewa. Dia telah mendapatkan taufiq untuk mengumpulkan prinsip-prinsip yang dibutuhkan oleh penuntut ilmu, diiringi dengan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Kesimpulannya, penulis telah melakukan suatu yang bagus dan memberikan faidah. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan, dan semoga Allah membanyakkan yang semisal ini.
Aku memberikan semangat kepada para penuntut ilmu untuk menghafal dan memperhatikan prinsip-prinsip ini. Wabillahit Taufiq.
Ahmad bin Yahya An-Najmi
27-4-1421 H
* * *
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله، أما بعد :
Tulisan ini merupakan penjelasan ringkas tentang prinsip-prinsip penting yang diperlukan oleh seorang yang menempuh jalan thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu syar’i). Saya wasiatkan dan saya ingatkan diriku dan saudara-saudaraku sekalian dengannya, karena sesungguhnya seorang yang menempuh jalan thalabul ‘ilmi dan ingin menuai hasilnya maka harus ada 10 prinsip :
>> Pertama: Meminta Tolong Kepada Allah
Manusia itu lemah. Tidak ada daya dan kekuatan baginya kecuali dari Allah. Apabila dia diserahkan pada dirinya sendiri, maka sungguh dia akan hancur dan binasa. Namun kalau dia menyerahkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala dan meminta tolong kepada-Nya dalam menuntut ilmu, maka Allah pasti akan menolongnya. Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan dorongan untuk berbuat demikian dalam Kitab-Nya yang mulia, Allah befirman :
( إياك نعبد وإياك نستعين )
Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami minta pertolongan. [Al-Fatihah]
Allah juga berfirman :
(ومن يتوكل على الله فهو حسبة ) [ الطلاق : 3]
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia yang akan menjadi sebagai pencukupnya.” [Ath-Thalaq: 3]
Allah juga berfirman :
( وعلي الله فتوكلوا إن كنتم مؤمنين ) ]المائدة : 23[
"dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian memang kaum mukminin."
Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
لو أنكم توكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير ، تغدو خماصاً ، وتروح بطاناً
"Kalau seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberi rizki pada burung, yakni burung tersebut berangkat pagi dalam keadaan lapar, pulang sore hari dalam keadaan kenyang." *1
Sebesar-besar rizki adalah: ilmu.
Nabi kita Muhammad Shallahu 'alaihi wa Sallam senantiasa bertawakkal dan meminta pertolongan kepada Rabbnya dalam segala urusan beliau. Dalam doa keluar rumah yang sah dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam terdapat dalil yang menunjukkan hal tersebut. Beliau berdo'a :

Sabtu, 10 Agustus 2013

RENUNGAN DI BULAN SYAWAL



Yang Berlalu dan Yang Datang
Bulan Ramadhan baru saja kita lewati, ada perasan sedih yang menggelayuti jiwa dan rohani kita. Bulan yang penuh berkah telah berlalu, kita hanya bisa berharap dengan doa-doa yang selalu kita panjatkan ke hadirat Allah swt, supaya kita bisa bersua kembali dengan bulan yang penuh berkah ini tahun depan. Dibalik kesedihan berpisah dengan bulan Ramadhan, kita sambut hari yang cerah dengan terbitnya fajar kemenangan dibulan Syawal. Bulan ini kita awali dengan perayaan kemenangan perjuangan melawan hawa nafsu, yang telah membentuk diri kita sebagai insan baru. Di bulan Syawal ini merupakan saat yang tepat dimana kita dapat menorehkan untaian cerita kehidupan yang lebih bermakna pada lembar jiwa yang baru.

Tradisi Syawal-an
Di Indonesia, pada bulan Syawal juga lekat dengan beragam tradisi untuk merayakan Idul Fitri, tetapi yang unik dari semua tradisi itu umumnya bertujuan untuk merekatkan tali silaturahim. Sedangkan silaturahim sendiri didalam ajaran Islam sangat dianjurkan. Bahkan

Rabu, 07 Agustus 2013

Renungan menjelang Idul Fitri

Idul Fitri adalah hari yang banyak dinantikan oleh kaum muslimin. Kita dapat melihatnya dari aktivitas mudik dan maraknya bingkisan-bingkisan istimewa yang dijual menjelang Idul Fitri. Namun kadang kita kurang memaknai apa sih yang ada di balik Idul Fitri? Lalu buah apa yang kita peroleh saat mendapati hari Idul Fitri. Ini yang perlu kita renungkan.
Amalan Menjelang Idul Fitri
Idul Fitri adalah hari yang berulang setiap tahunnya sebagai pertanda berakhirnya puasa Ramadhan. Salah satu kewajiban yang ditunaikan menjelang Idul Fitri adalah zakat fitri. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hasan)
Penghujung Ramadhan ini ditutup pula dengan takbir sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185). Takbir ini disunnahkan untuk dikumandangkan sejak berangkat dari rumah hingga pelaksanaan shalat Idul Fitri. Dalam suatu riwayat disebutkan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya ‘Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (Dikeluarkan dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 171)
Saling mendoakan agar amalan kita di bulan Ramadhan diterima juga suatu hal yang dianjurkan saat hari raya. Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fitri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amalmu).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan (Fathul Bari, 2: 446).
Bagaimana Seharusnya Keadaan Kita di Hari ‘Idul Fithri?